Aliran surealisme
I. Pengertian Surealisme
Surealisme adalah suatu aliran seni yang
menunjukkan kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika. Surealisme
juga dapat didefinisikan sebagai gerakan budaya yang mempunyai unsur kejutan sebagai
ungkapan gerakan filosofis. Surealisme merupakan suatu karya seni yang
menggambarkan suatu ketidak laziman, oleh karena itu surealisme dikatakan
sebagai seni yang melampaui pikiran atau logika. Karya seni surealisme ini
hanya dapat ditafsirkan oleh seorang seniman yang menciptakannya dan sangat
sulit bagi seseorang untuk menafsirkan karya seni surealisme tersebut, karena
pada hakikatnya surealisme bersifat tidak beraturan atau alurnya
melompat-lompat.
Adapun definisi lain yang menyatakan bahwa surealisme
adalah sebuah sebuah lukisan realisme atau naturalisme yang berupa daya khayal
dan sesuatu yang tidak mungkin atau merupakan sebuah mimpi. Asal kata
surealisme pertama kali muncul pada catatan tentang balet parade, pada tahun
1917 yang ditulis oleh Guillaume Apolliuaire dalam karyanya “Super Realisme”
atau surealisme.
II. Sejarah Surealisme
Surealisme lahir di Paris, Perancis, pada tahun
1924. Dengan diterbitkannya “The First Manifesto of Surealisme” yang
ditulis oleh Andre Breton, penulis sekaligus psikiatri asal Perancis,
surealisme resmi menjadi sebuah gerakan kebudayaan baru. Bahkan secara
eksplisit Andre Breton mengatakan bahwa surealisme adalah sebuah gerakan
revolusioner. Setelah itu, secara bertahap gerakan surealisme pun menyebar ke
seluruh penjuru dunia. Bisa dikatakan surealisme, dalam banyak karakteristik
merupakan kelanjutan dan pengembangan dari gerakan seni yang bernama “Dada,”
yang lahir ketika Perang Dunia I sedang berkecamuk.
Perang Dunia I telah menyebabkan seniman dan
penulis yang semula berkumpul di Paris berpencar. Selama berada di luar Paris,
para seniman dan penulis itu kemudian tergabung di dalam gerakan dada. Gerakan
dada murni bersifat politis. Dada lahir atas dasar kekecewaan terhadap
kehancuran besar-besaran yang disebabkan oleh perang. Kaum dadais percaya bahwa
pikiran rasional yang berlebihan dapat mengakibatkan konflik mengerikan di
dunia. Kaum dada mengejek rasionalitas dan mengusung irasionalitas. Menurut
mereka, rasionalitas adalah belenggu kebudayaan yang sudah semestinya
dibongkar. Sebagai akibatnya, kaum dada sering terlihat eksentrik dan
anti-rasional dalam berkarya. Mereka meracau dengan menggunakan kata-kata
ganjil keras-keras, menyobek kata-kata yang terdapat di dalam koran-koran
lantas menyusunnya kembali untuk kemudian disebut sebagai puisi, member kumis
pada lukisan “Monalisa” dan menyatakan kepada publik bahwa celana dalam
dan tiang listrik adalah sebuah karya seni.
Gerakan surealisme ini adalah pengembangan dari
gerakan dada tersebut, namun surealisme ini lebih fokus untuk menyorot kepada
alam bawah sadar dan mimpi-mimpi yang berasal dari hasrat-hasrat yang
terkekang. Dapat dikatakan juga bahwa surealisme adalah tindakan yang bersifat
asketis. Para surealis bertujuan untuk memperbaharui pengalaman manusia yang
meliputi aspek individu, budaya, sosial, dan politik, dengan membebaskan
manusia dari apa yang mereka lihat sebagai rasionalitas palsu, kebiasaan (custom)
dan pola (structure) terbatas.
III. Teknik-teknik Menggambar Surealisme
Terdapat pula teknik-teknik yang digunakan di
dalam menggambar seni surealisme, yaitu sebagai berikut :
1. Exquisite Corpse
Exquisite corpse merupakan
sebuah strategi yang digunakan para surelis untuk mengangkat gambaran-gambaran
dari alam bawah sadar. Misalnya seperti di dalam bentuk seni kolaborasi, yaitu
dengan menggunakan sehelai kertas yang dilipatkan menjadi empat bagian lipatan,
dan terdapat empat seniman yang berbeda yang akan memberikan kontribusi
representasi gambarannya namun tanpa melihat kontribusi yang diberikan oleh
seniman-seniman yang lainnya. Didalam prakteknya, seniman yang pertama akan
menggambarkan bagian kepala, kertas yang sudah digambarkan tersebut lalu
dilipat kembali dan diserahkan kepada seniman yang kedua, seniman kedua ini
tanpa melihat hasil gambaran sebelumnya lalu menggambarkan bagian atas tubuh,
kemudian seniman yang ketiga dan keempat melakukan hal yang serupa dengan
seniman kedua, namun seniman ketiga ini menggambarkan bagian kedua kaki, dan
seniman keempat menggambarkan bagian bawah tubuh. Setelah semuanya selesai,
lalu para seniman tersebut menginterpretasikan kombinasi gambar tersebut.
2. Max Ernst
Max Ernst, suarealis Jerman,
menemukan teknik lain dengan menggunakan kemungkinan dan ketidaksengajaan yaitu
“Frottage.” Teknik frottage ini seperti menempatkan
kepingan-kepingan kayu atau logam yang kasar di bawah kanvas dan selanjutnya
melukis atau menggambarnya dengan menggunakan pensil di atasnya. Di sini sang
seniman akan mentransfer motif kasar yang diperoleh dari permukaan tersebut ke
dalam sebuah karya. Dalam “Laocoon, Father and Sons” (1926, Menil
Collection, Huston, Texas), Ernst meracik motif kasar dengan cara menggosok
sambil merujuk juga pada tokoh mitos Yunani, Laocoon, seorang imam Troya yang
bergulat dengan piton-piton raksasa.
3. Automatisme
Automatisme adalah teknik
paling penting yang digunakan surealis untuk mengangkat alam bawah sadarnya. Di
dalam sebuah lukisan, automatisme dibuat dengan membiarkan tangan menjelajahi
permukaan kanvas tanpa adanya campur tangan dari pikiran sadar. Tanda-tanda
yang dihasilkan, mereka pikir, tidak akan menjadi acak atau tak berarti, tetapi
akan dibimbing pada setiap titiknya dengan memfungsikan pikiran bawah sadar
sang seniman, dan bukan oleh pikiran rasional atau pelatihan keartistikan.
Dalam “The Kill” (1944,
Museum of Modern Art, New York City), pelukis Perancis Andre Masson menerapkan
teknik ini, tapi kemudian ia menggunakan tanda-tanda yang telah diimprovisasi
sebagai dasar untuk penguraiannya. Betapapun mengada-adanya penyerupaannya
dengan objek nyata (seperti wajah atau bagian tubuh), ia akan memperbaikinya
untuk membuat hubungannya tampak lebih jelas. Karena Masson tidak menentukan
sebelumnya hal yang akan menjadi subjek dari lukisannya, maka para surealis
mengklaim bahwa uraian-uraian selanjutnya dimotivasi secara murni oleh keadaan
emosionalnya selama pembuatannya.
Seniman lainnya yang
menggunakan teknik automatisme adalah pelukis Spanyol bernama Joan Miro. Dalam “Birth
of the World” (1925, Museum of Modern Art, New York City), ia menuangkan
zat warna secara acak ke atas kanvas dan membiarkan lukisannya melaju melintasi
permukaannya mengikuti grativasi, menciptakan serentetan hasil yang tak bisa ia
prediksikan ke depannya. Sejalan dengan Masson, langkah dalam karya lukisan seniman
lainnya malah dibuat lebih secara sengaja dan diperhitungkan. Sang seniman
mungkin telah merenungkan warna yang akan dituangkan ke atas kanvas untuk
beberapa lama, lalu terinspirasi oleh bentuk-bentuk dan makna-makna yang mereka
anjurkan, menambahkan beberapa lekukan, bentuk-bentuk abstrak yang memunculkan
wujud-wujud hidup. Judul “Birth of the World” menyiratkan bahwa dunia
diciptakan dari tiada, tetapi juga merepresentasikan lahirnya kesadaran melalui
penciptaan lukisan.
Beberapa surealis, diantaranya
Ernst, Yves Tanguy dari Perancis, dan Roberto Matta dari Chili, menggunakan
kombinasi teknik-teknik tersebut untuk menyiratkan keadaan alam mimpi atau
untuk menghasilkan perbendaharaan abstrak dari bentuk-bentuk. Sesudahnya,
mereka mengalami kesulitan untuk menyimpannya ke dalam sebuah kategori. Dalam
karya Matta “The Unknowing” (1951, Museum of Modern Art, Vienna,
Austria) contohnya, sang seniman telah membuat ruang dan objek-objek tiga
dimensi yang kelihatan solid. Objek-objek tersebut, bagaimanapun juga, sangat
ambigu sehingga penyimak dapat melihatnya dengan berbagai cara dan menyimpulkan
interpretasi mereka masing-masing terhadap lukisan tersebut.
Metamorpus Narcisscus
(1937)
Sleep (1937)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar